tag:blogger.com,1999:blog-81568726405695374672024-03-08T10:12:17.146-08:00DUNIA PEMESINANDUNIA PEMESINANhttp://www.blogger.com/profile/16828920721967470937noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-8156872640569537467.post-16974506880318259732012-03-24T00:31:00.001-07:002012-03-24T00:32:30.258-07:00ALAT-ALAT GAMBAR TEKNIK_____________________________________Memahami Gambar Teknik<br />
Teknik Pemesinan 92<br />
A. Mengenal alat Menggambar Teknik<br />
1. Kertas Gambar<br />
a) Jenis Kertas<br />
erdasarkan jenis kertasnya, kertas gambar yang dapat digunakan<br />
untuk menggambar teknik adalah:<br />
1) Kertas Padalarang<br />
2) Kertas manila<br />
3) Kertas Strimin<br />
4) Kertas roti<br />
5) Kertas Kalki<br />
b) Ukuran Kertas<br />
Ukuran gambar teknik sudah ditentukan berdasarkan standar.<br />
Ukuran pokok kertas gambar adalah A0. Ukuran A0 adalah 1 m2 dengan<br />
perbandingan 2 : 1 untuk panjang : lebar. Ukuran A1 diperoleh dengan<br />
membagi dua ukuran panjang A0. Ukuran A2 diperoleh dengan membagi<br />
dua ukuran panjang A1. Demikian seterusnya. Ukuran kertas gambar<br />
dapat dilihat pada tabel 5.1. Sedangkan perbandingan ukuran kertas<br />
gambar dapat dilihat dari gambar 5.1.<br />
Tabel 5.1. Kertas gambar berdasarkan ukurannya<br />
Ukuran Garis Tepi<br />
Seri Ukuran Kertas Kiri Kanan<br />
A0 1.189 x 841 20 10<br />
A1 841 x 594 20 10<br />
A2 594 x 420 20 10<br />
A3 420 x 297 20 20<br />
A4 297 x 210 15 5<br />
A5 210 x 148 15 5<br />
B<br />
_____________________________________Memahami Gambar Teknik<br />
Teknik Pemesinan 93<br />
Gambar 5.1. Cara penempelan kertas di atas meja gambar<br />
non magnetik<br />
2. Pensil Gambar<br />
Pensil adalah alat gambar yang paling banyak dipakai untuk<br />
latihan mengambar atau menggambar gambar teknik dasar. Pensil<br />
gambar terdiri dari batang pensil dan isi pensil.<br />
a) Pensil Gambar Berdasarkan Bentuk<br />
Pensil Batang<br />
Pada pensil ini, antara isi dan batangnya menyatu. Untuk<br />
menggunakan pensil ini harus diraut terlebih dahulu. Habisnya isi pensil<br />
bersamaan dengan habisnya batang pensil. Gambar pensil batang dapat<br />
dilihat pada Gambar 5.2.<br />
Pensil mekanik<br />
Pensil mekanik, antara batang dan isi pensil terpisah. Jika Isi<br />
pensil habis dapat diisi ulang. Batang pensil tetap tidak bisa habis. Pensil<br />
mekanik memiliki ukuran berdasarkan diameter mata pensil, misalnya 0.3<br />
mm, 0.5 mm dan 1.0 mm. Gambar pensil mekanik dapat dilihat pada<br />
Gambar 5.3.<br />
Gambar 5.2. Pensil batang<br />
Meja gambar<br />
Selotip<br />
_____________________________________Memahami Gambar Teknik<br />
Teknik Pemesinan 94<br />
Gambar 5.3. Pensil mekanik<br />
b) Pensil Gambar Berdasarkan Kekerasan<br />
Berdasarkan kekerasanya pensil gambar dibagi menjadi pensil<br />
keras, sedang dan lunak.<br />
Tabel 5.2. Pensil berdasarkan kekerasannya<br />
Untuk mendapatkan garis dengan ketebalan yang merata dari<br />
ujung ke ujung, maka kedudukan pensil sewaktu menarik garis harus<br />
dimiringkan 60o dan selama menarik garis sambil diputar dengan telunjuk<br />
dan ibu jari (lihat Gambar 5. 4.)<br />
Gambar 5.4. Cara menarik garis<br />
^____________________________________Memahami Gambar Teknik<br />
Teknik Pemesinan 95<br />
3. Rapido<br />
Penggunaan rapido untuk menggambar dengan teknik tinta<br />
dianggap lebih praktis dari pada dengan trekpen. Gambar rapido dapat<br />
dilihat pada Gambar 5.5.<br />
Gambar 5.5. Rapido<br />
4. Penggaris<br />
Penggaris yang sering digunakan untuk menggambar teknik<br />
adalah penggaris –T dan penggaris segitiga.<br />
Gambar 5.6. Penggaris T dan sepasang penggaris segitiga.<br />
_____________________________________Memahami Gambar Teknik<br />
Teknik Pemesinan 96<br />
a) Penggaris -T<br />
Penggaris T terdiri dari dua bagian, bagian mistar panjang dan bagian<br />
kepala berupa mistar pendek tanpa ukuran yang bertemu membentuk<br />
sudut 90o.<br />
b) Penggaris Segitiga<br />
Penggaris segitiga terdiri dari satu penggaris segitiga bersudut 45o,<br />
90o, 45o dan satu buah penggaris bersudut 30o, 90o dan 60o.<br />
Sepasang penggaris segitiga ini digunakan untuk membuat garis-garis<br />
sejajar, sudut-sudut istimewa dan garis yang saling tegak lurus.<br />
Gambar 5.7. Cara menggunakan penggaris-T<br />
Gambar 5.8. Cara menggunakan penggaris segitiga<br />
5. Jangka<br />
Jangka adalah alat gambar yang digunakan untuk membuat<br />
lingkaran dengan cara menancapkan salah satu ujung batang pada<br />
kertas gambar sebagai pusat lingkaran dan yang lain berfungsi sebagai<br />
pensil untuk menggambar garis lingkarannya. Gambar 9 memperlihatkan<br />
beberapa jenis jangka.<br />
_____________________________________Memahami Gambar Teknik<br />
Teknik Pemesinan 97<br />
Gambar 5.9. Jenis jangka<br />
Kedukukan pena tarik sewaktu menarik garis sebaiknya miring<br />
60o terhadap meja gambar, seperti Gambar 5.10. cara menggunakan<br />
jangka ditunjukkan pada Gambar 5.11.<br />
Gambar 5.10. Kedudukan<br />
pena tarik saat menarik<br />
garis<br />
Gambar 5.11. Cara<br />
menggunakan jangka<br />
_____________________________________Memahami Gambar Teknik<br />
Teknik Pemesinan 98<br />
Gambar 5.12. Membuat lingkaran besar dengan alat penyambung<br />
6. Penghapus dan alat pelindung penghapus<br />
Ada dua jenis penghapus, yaitu penghapus lunak dan penghapus<br />
keras. Penghapus lunak untuk menghapus gambar dari pensil dan<br />
penghapus keras untuk menghapus gambar dari tinta. Agar gambar yang<br />
akan dihapus tepat dan tidak menghilangkan gambar yang lain, maka<br />
digunakan plat pelindung penghapus seperti Gambar 5.13.<br />
Gambar 5.13. Plat pelindung penghapus<br />
7. Alat-alat Penunjang lainnya<br />
Ada beberapa alat penunjang gambar teknik lainnya yang<br />
kadang-kadang diperlukan didalam menggambar adalah :<br />
_____________________________________Memahami Gambar Teknik<br />
Teknik Pemesinan 99<br />
a) Busur derajat<br />
Busur derajat digunakan untuk mengukur dan membagi sudut. Lihat<br />
Gambar 5.14.<br />
Gambar 5.14. Busur derajat<br />
b) Sablon huruf dan angka<br />
Sablon huruf dan angka adalah sebuah alat gambar yang digunakan<br />
untuk menggambar huruf dan angka, agar diperoleh tulisan yang rapi<br />
dan seragam dan mengikuti standar ISO.<br />
c) Mal lengkung<br />
Mal lengkung digunakan untuk membuat garis lengkung yang tidak<br />
dapat dibuat dengan jangka. Dalam satu set mal lengkung ada 3 jenis<br />
mal, lihat Gambar 5.15<br />
Gambar 15. Mal lengkung<br />
Gambar 5.16. Contoh penggunaan mal lengkung<br />
_____________________________________Memahami Gambar Teknik<br />
Teknik Pemesinan 100<br />
d) Mal bentuk<br />
Untuk membuat gambar geometri dan simbol-simbol tertentu dengan<br />
cepat, maka digunakan mal bentuk.<br />
Gambar 5.17. Mal bentuk geometri<br />
8. Meja Gambar<br />
Meja gambar adalah meja yang digunakan sebagai alas<br />
menggambar. Meja gambar terdiri dari rangka meja gambar dan daun<br />
meja gambar. Tidak seperti meja biasa, meja gambar dapat diubah-ubah<br />
ketinggian dan kemiringan daun mejanya. Bahan daun meja ada<br />
bermacam-macam, yaitu : daun meja dari papan non magnetik, papan<br />
berlapis magnet dan kaca rayben<br />
Gambar 5.18. Meja gambar<br />
9. Mesin Gambar<br />
Mesin gambar adalah mesin manual yang digunakan untuk<br />
memudahkan menggambar. Mesin gambar dapat menggantikan<br />
beberapa fungsi alat gambar lainnya seperti busur derajat, sepasang<br />
penggaris segitiga dan mistar T. Berdasarkan bentuknya ada dua jenis<br />
mesin gambar, yaitu: mesin gambar rol dan mesin gambar lengan.<br />
_____________________________________Memahami Gambar Teknik<br />
Teknik Pemesinan 101<br />
Gambar 5.19. Mesin gambar lengan<br />
Gambar 5.20. Mesin gambar rol<br />
B. Lembar Kerja<br />
1. Alat<br />
a. Meja gambar<br />
b. Pensil gambar<br />
c. Sepasang penggaris segitiga<br />
d. Penggaris panjang 50 cm atau 60 cm<br />
e. Jangka<br />
f. Mal huruf dan angka<br />
g. Mal bentuk<br />
h. Mal lengkung<br />
i. Penghapus<br />
j. Selotip<br />
k. Cutter<br />
2. Bahan<br />
Kertas manila A3<br />
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja<br />
a. Hati-hati menggunakan peralatan yang tajam, yaitu: cutter dan<br />
jarum jangka.<br />
b. Gunakan selotip berbahan kertas.<br />
_____________________________________Memahami Gambar Teknik<br />
Teknik Pemesinan 102<br />
4. Langkah Kerja<br />
a. Tempelkan kertas manila A3 di atas meja gambar dengan selotip.<br />
b. Gunakan sepasang penggaris segitiga untuk membuat garis-garis<br />
sejajar horisontal dan vertikal. Panjang dan jarak antar garis<br />
sembarang. Perhatikan arah penarikan garis.<br />
c. Buatlah sudut-sudut 15º, 30º, 45º, 60º, 75º dan 90º dengan<br />
sepasang penggaris segitiga. Perhatikan cara memegang<br />
penggarisnya.<br />
d. Gunakan jangka dengan benar untuk membuat lingkaran.<br />
Diameter lingkaran sembarang. Perhatikan dari mana mulai<br />
menarik garis dan mengakhirinya.<br />
e. Gunakan mal huruf-angka. Huruf dan angka yang di-mal<br />
sembarang. Perhatikan cara memegang mal dan cara<br />
menggesernya.<br />
f. Gunakan mal bentuk dan symbol. Cara menggunakan mal ini<br />
sama dengan cara menggunakan mal huruf-angka.<br />
g. Gunakan mal lengkung sesuai contoh pada lembar informasi.<br />
Tentukan dahulu titik-titik yang akan dihubungkan. Buat garis<br />
lengkungnya dengan mal lengkung. Geser-geser mal lengkung<br />
untuk mendapatkan bentuk yang paling tepat antara dua garis.DUNIA PEMESINANhttp://www.blogger.com/profile/16828920721967470937noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8156872640569537467.post-61582000427032768142012-03-24T00:28:00.001-07:002012-03-24T00:28:25.889-07:00MENGENAL CNC__________________________________Memahami Mesin CNC Dasar<br />Teknik Pemesinan<br />327<br />erkembangan teknologi komputer saat ini telah mengalami<br />kemajuan yang amat pesat. Dalam hal ini komputer telah<br />diaplikasikan ke dalam alat-alat mesin perkakas di antaranya<br />Mesin Bubut, Mesin Frais, Mesin Skrap, Mesin Bor, dll. Hasil perpaduan<br />teknologi komputer dan teknologi mekanik inilah yang selanjutnya<br />dinamakan CNC (Computer Numerically Controlled). Sistem<br />pengoperasian CNC menggunakan program yang dikontrol langsung<br />oleh komputer. Secara umum konstruksi mesin perkakas CNC dan<br />sistem kerjanya adalah sinkronisasi antara komputer dan mekaniknya.<br />Jika dibandingkan dengan mesin perkakas konvensional yang setaraf<br />dan sejenis, mesin perkakas CNC lebih unggul baik dari segi ketelitian<br />(accurate), ketepatan (precision), fleksibilitas, dan kapasitas produksi.<br />Sehingga di era modern seperti saat ini banyak industri-industri mulai<br />meninggalkan mesin-mesin perkakas konvensional dan beralih<br />menggunakan mesin-mesin perkakas CNC.<br />Secara garis besar pengertian mesin CNC adalah suatu mesin yang<br />dikontrol oleh komputer dengan menggunakan bahasa numerik<br />(perintah gerakan yang menggunakan angka dan huruf). Sebagai<br />contoh: apabila pada layar monitor mesin kita tulis M03 maka spindel<br />utama mesin akan berputar, dan apabila kita tulis M05 maka spindel<br />utama mesin akan berhenti berputar.<br />Mesin CNC tingkat dasar yang ada pada saat ini dibagi menjadi dua<br />kelompok, yaitu Mesin CNC Two Axis atau yang lebih dikenal dengan<br />Mesin Bubut (Lathe Machine) dan Mesin CNC Three Axis atau yang<br />lebih dikenal dengan Mesin Frais (Milling Machine).<br />A. Mesin Bubut CNC<br />Mesin Bubut CNC secara garis besar dapat digolongkan<br />menjadi dua, yaitu :<br />1. Mesin Bubut CNC Training Unit (CNC TU)<br />2. Mesin Bubut CNC Production Unit (CNC PU)<br />Kedua mesin tersebut mempunyai prinsip kerja yang sama,<br />akan tetapi yang membedakan kedua tipe mesin tersebut adalah<br />penggunaannya di lapangan. CNC TU dipergunakan untuk pelatihan<br />dasar pemrograman dan pengoperasian CNC yang dilengkapi<br />dengan EPS (External Programing Sistem). Mesin CNC jenis<br />Training Unit hanya mampu dipergunakan untuk pekerjaanpekerjaan<br />ringan dengan bahan yang relatif lunak.<br />Sedangkan Mesin CNC PU dipergunakan untuk produksi<br />massal, sehingga mesin ini dilengkapi dengan assesoris tambahan<br />seperti sistem pembuka otomatis yang menerapkan prinsip kerja<br />hidrolis, pembuangan tatal, dan sebagainya.<br />__________________________________Memahami Mesin CNC Dasar<br />Teknik Pemesinan<br />328<br />Gerakan Mesin Bubut CNC dikontrol oleh komputer, sehingga<br />semua gerakan yang berjalan sesuai dengan program yang<br />diberikan, keuntungan dari sistem ini adalah memungkinkan mesin<br />untuk diperintah mengulang gerakan yang sama secara terus<br />menerus dengan tingkat ketelitian yang sama pula.<br />1. Prinsip Kerja Mesin Bubut CNC TU-2 Axis<br />Mesin Bubut CNC TU-2A mempunyai prinsip gerakan<br />dasar seperti halnya Mesin Bubut konvensional yaitu gerakan ke<br />arah melintang dan horizontal dengan sistem koordinat sumbu X<br />dan Z. Prinsip kerja Mesin Bubut CNC TU-2A juga sama dengan<br />Mesin Bubut konvensional yaitu benda kerja yang dipasang pada<br />cekam bergerak sedangkan alat potong diam.<br />Untuk arah gerakan pada Mesin Bubut diberi lambang<br />sebagai berikut :<br />a. Sumbu X untuk arah gerakan melintang tegak lurus terhadap<br />sumbu putar.<br />b. Sumbu Z untuk arah gerakan memanjang yang sejajar<br />sumbu putar.<br />Untuk memperjelas fungsi sumbu-sumbu Mesin Bubut CNC<br />TU-2A dapat dilihat pada gambar ilustrasi di bawah ini :<br />Gambar 12.1. Mekanisme arah gerakan Mesin Bubut.<br />__________________________________Memahami Mesin CNC Dasar<br />Teknik Pemesinan<br />329<br />2. Bagian Utama Mesin Bubut CNC TU 2-A<br />Gambar 12.2. Mesin Bubut CNC TU-2A<br />a. Bagian mekanik<br />1) Motor Utama<br />Motor utama adalah motor penggerak cekam untuk<br />memutar benda kerja. Motor ini adalah jenis motor arus<br />searah/DC (Direct Current) dengan kecepatan putaran<br />yang variabel. Adapun data teknis motor utama adalah:<br />a) Jenjang putaran 600 – 4000 rpm<br />b) Power Input 500 Watt<br />c) Power Output 300 Watt<br />Gambar 12.3. Ilustrasi<br />gerak eretan.<br />2) Eretan/support<br />Eretan adalah gerak<br />persum-buan jalannya<br />mesin. Untuk Mesin Bubut<br />CNC TU-2A dibedakan<br />menjadi dua bagian, yaitu :<br />a) Eretan memanjang<br />(sumbu Z) dengan jarak<br />lintasan 0–300 mm.<br />b) Eretan melintang<br />(Sumbu X) dengan jarak<br />lintasan 0–50 mm.<br />__________________________________Memahami Mesin CNC Dasar<br />Teknik Pemesinan<br />330<br />3) Step motor<br />Step motor berfungsi untuk<br />menggerakkan eretan, yaitu<br />gerakan sumbu X dan gerakan<br />sumbu Z. Tiap-tiap eretan<br />memiliki step motor sendirisendiri,<br />adapun data teknis step<br />motor sebagai berikut:<br />a). Jumlah putaran 72 langkah<br />b). Momen putar 0.5 Nm.<br />c). Kecepatan gerakan :<br />- Gerakan cepat maksimum<br />700 mm/menit.<br />- Gerakan operasi manual 5<br />– 500 mm/menit.<br />- Gerakan operasi mesin<br />CNC terprogram 2 – 499<br />mm/menit.<br />Gambar 12.4. Step motor.<br />Gambar 12.5.<br />Poros berulir dengan bantalan.<br />4) Rumah alat potong (revolver/<br />toolturret)<br />Gambar 12.6. Revolver<br />Rumah alat potong berfungsi<br />sebagai penjepit alat potong<br />pada saat proses pengerjaan<br />benda kerja. Adapun alat yang<br />dipergunakan disebut revolver<br />atau toolturet, revolver<br />digerakkan oleh step motor<br />sehingga bisa dige-rakkan<br />secara manual maupun<br />terpogram.<br />Pada revolver bisa dipasang enam alat potong sekaligus yang<br />terbagi mejadi dua bagian, yaitu :<br />a) Tiga tempat untuk jenis alat potong luar dengan ukuran 12x12<br />mm.<br />Misal: pahat kanan luar, pahat potong, pahat ulir, dll.<br />b) Tiga tempat untuk jenis alat potong dalam dengan maksimum<br />diameter 8 mm.<br />Misal: pahat kanan dalam, bor, center drill, pahat ulir dalam, dll.<br />__________________________________Memahami Mesin CNC Dasar<br />Teknik Pemesinan<br />331<br />5) Cekam<br />Cekam pada Mesin Bubut<br />berfungsi untuk menjepit benda<br />kerja pada saat proses<br />penyayatan berlangsung. Kecepatan<br />spindel Mesin Bubut ini<br />diatur menggunakan transmisi<br />sabuk. Pada sistem transmisi<br />sabuk dibagi menjadi enam<br />transmisi penggerak.<br />Gambar 12.7. Cekam<br />Adapun tingkatan sistem transmisi penggerak spindle utama mesin<br />CNC TU-2A, bisa dilihat dari gambar ilustrasi berikut :<br />Gambar 12.8.<br />Transmisi penggerak.<br />Enam tingkatan pulley<br />penggerak tersebut<br />memungkinkan untuk<br />pengaturan berbagai putaran<br />sumbu utama. Sabuk perantara<br />pulley A dan pulley B bersifat<br />tetap dan tidak dapat diubah,<br />sedangkan sabuk perantara<br />pulley B dengan pulley C dapat<br />dirubah sesuai kecepatan<br />putaran yang diinginkan, yaitu<br />pada posisi BC1, BC2, dan<br />BC3.<br />6) Meja mesin<br />Meja mesin atau sliding bed sangat mempengaruhi baik buruknya<br />hasil pekerjaan menggunakan Mesin Bubut ini, hal ini dikarenakan<br />gerakan memanjang eretan (gerakan sumbu Z) tertumpu pada<br />kondisi sliding bed ini. Jika kondisi sliding bed sudah aus atau<br />cacat bisa dipastikan hasil pembubutan menggunakan mesin ini<br />tidak akan maksimal, bahkan benda kerja juga rusak. Hal ini juga<br />berlaku pada Mesin Bubut konvensional.<br />__________________________________Memahami Mesin CNC Dasar<br />Teknik Pemesinan<br />332<br />Gambar 12.9. Sliding bed.<br />7) Kepala lepas<br />Gambar 12.10. Kepala<br />lepas.<br />Kepala lepas berfungsi sebagai<br />tempat pemasangan senter<br />putar pada saat proses<br />pembubutan benda kerja yang<br />relatif panjang. Pada kepala<br />lepas ini bisa dipasang<br />pencekam bor, dengan<br />diameter mata bor maksimum 8<br />mm. Untuk mata bor dengan<br />diameter lebih dari 8 mm, ekor<br />mata bor harus memenuhi<br />syarat ketirusan MT1.DUNIA PEMESINANhttp://www.blogger.com/profile/16828920721967470937noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8156872640569537467.post-58317935073080300142012-03-23T23:58:00.000-07:002012-03-24T00:37:43.761-07:00MENGENAL CAIRAN PENDINGIN________________Mengenal Cairan Pendingin untuk Proses Pemesinan<br />
Teknik Pemesinan 315<br />
airan pendingin mempunyai kegunaan yang khusus dalam proses<br />
pemesinan. Selain untuk memperpanjang umur pahat, cairan<br />
pendingin dalam beberapa kasus, mampu menurunkan gaya dan<br />
memperhalus permukaan produk hasil pemesinan. Selain itu, cairan<br />
pendingin juga berfungsi sebagai pembersih/pembawa beram (terutama<br />
dalam proses gerinda) dan melumasi elemen pembimbing (ways) mesin<br />
perkakas serta melindungi benda kerja dan komponen mesin dari korosi.<br />
Bagaimana cairan pendingin itu bekerja pada daerah kontak antara<br />
beram dengan pahat, sebenarnya belumlah diketahui secara pasti<br />
mekanismenya. Secara umum dapat dikatakan bahwa peran utama<br />
cairan pendingin adalah untuk mendinginkan dan melumasi.<br />
Pada mekanisme pembentukan beram, beberapa jenis cairan<br />
pendingin mampu menurunkan Rasio Penempatan Tebal Beram (h)<br />
yang mengakibatkan penurunan gaya potong. Pada daerah kontak antara<br />
beram dan bidang pahat terjadi gesekan yang cukup besar, sehingga<br />
adanya cairan pendingin dengan gaya lumas tertentu akan mampu<br />
menurunkan gaya potong. Pada proses penyayatan, kecepatan potong<br />
yang rendah memerlukan cairan pendingin dengan daya lumas tinggi<br />
sementara pada kecepatan potong tinggi memerlukan cairan pendingin<br />
dengan daya pendingin yang besar (high heat absorptivity). Pada<br />
beberapa kasus, penambahan unsur tertentu dalam cairan pendingin<br />
akan menurunkan gaya potong, karena bisa menyebabkan terjadinya<br />
reaksi kimiawi yang berpengaruh dalam bidang geser (share plane)<br />
sewaktu beram terbentuk. Beberapa peneliti menganggap bahwa sulfur<br />
(S) atau karbon tetraklorida (CCI4) pada daerah kontak (di daerah kontak<br />
mikro) dengan temperatur dan tekanan tinggi akan bereaksi dengan besi<br />
(benda kerja) membentuk FeS atau FeCI3 pada batas butir sehingga<br />
mempermudah proses penggeseran metal menjadi beram.<br />
Pada proses gerinda, cairan pendingin mampu membantu<br />
pembersihan beram yang menempel di rongga antara serbuk abrasif,<br />
sehingga mempermudah kelangsungan proses pembentukan beram.<br />
Dengan cairan pendingin temperatur tinggi yang terjadi di lapisan luar<br />
benda kerja bisa dikurangi, sehingga tidak merusak struktur metalografi<br />
benda kerja. Proses kimiawi diperkirakan juga terjadi dalam proses<br />
gerinda, oleh karena itulah cairan pendinginnya ditambahi beberapa<br />
unsur.<br />
Dari ulasan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa Cairan<br />
Pendingin jelas perlu dipilih dengan seksama sesuai dengan jenis<br />
pekerjaan. Beberapa jenis cairan pendingin akan diulas pada sub bab<br />
pertama berkaitan dengan klasifikasi cairan pendingin dan garis besar<br />
kegunaannya. Pemakaian cairan pendingin dapat dilakukan dengan<br />
berbagai cara (disemprotkan, disiramkan, dikucurkan, atau dikabutkan)<br />
akan dibahas kemudian dan dilanjutkan dengan pengaruh cairan<br />
pendingin pada proses pemesinan. Efektivitas cairan pendingin hanya<br />
C<br />
________________Mengenal Cairan Pendingin untuk Proses Pemesinan<br />
Teknik Pemesinan 316<br />
dapat diketahui dengan melakukan percobaan pemesinan, karena<br />
mekanisme proses pembentukan beram begitu kompleks, sehingga tidak<br />
cukup hanya dengan menelitinya melalui pengukuran berbagi sifat<br />
fisik/kimiawinya. Salah satu cara pemesinan yang relatif sederhana<br />
(cepat dan murah) untuk meneliti efektivitas cairan pendingin adalah<br />
dengan melakukan pembubutan muka (facing-test).<br />
A. Jenis Cairan Pendingin<br />
Cairan pendingin yang biasa dipakai dalam proses pemesinan<br />
dapat dikategorikan dalam empat jenis utama yaitu :<br />
1. Straight oils (minyak murni)<br />
2. Soluble oils<br />
3. Semisynthetic fluids (cairan semi sintetis)<br />
4. Synthetic fluids (cairan sintetis).<br />
Minyak murni (straight oils) adalah minyak yang tidak dapat<br />
diemulsikan dan digunakan pada proses pemesinan dalam bentuk sudah<br />
diencerkan. Minyak ini terdiri dari bahan minyak mineral dasar atau<br />
minyak bumi, dan kadang mengandung pelumas yang lain seperti lemak,<br />
minyak tumbuhan, dan ester. Selain itu bisa juga ditambahkan aditif<br />
tekanan tinggi seperti Chlorine, Sulphur dan Phosporus. Minyak murni ini<br />
berasal salah satu atau kombinasi dari minyak bumi (naphthenic,<br />
paraffinic), minyak binatang, minyak ikan atau minyak nabati.<br />
Viskositasnya dapat bermacam-macam dari yang encer sampai yang<br />
kental tergantung dari pemakaian. Pencampuran antara minyak bumi<br />
dengan minyak hewani atau nabati menaikkan daya pembasahan<br />
(wetting action) sehingga memperbaiki daya lumas. Penambahan unsur<br />
lain seperti sulfur, klor atau fosfor (EP additives) menaikkan daya lumas<br />
pada temperatur dan tekanan tinggi. Minyak murni menghasilkan<br />
pelumasan terbaik , akan tetapi sifat pendinginannya paling jelek di<br />
antara cairan pendingin yang lain.<br />
Minyak sintetik (synthetic fluids) tidak mengandung minyak bumi<br />
atau minyak mineral dan sebagai gantinya dibuat dari campuran organik<br />
dan anorganik alkaline bersama-sama dengan bahan penambah<br />
(additive) untuk penangkal korosi. Minyak ini biasanya digunakan dalam<br />
bentuk sudah diencerkan (biasanya dengan rasio 3 sampai 10%). Minyak<br />
sintetik menghasilkan unjuk kerja pendinginan terbaik di antara semua<br />
cairan pendingin. Cairan ini merupakan larutan murni (true solutions) atau<br />
larutan permukaan aktif (surface active). Pada larutan murni, unsur yang<br />
dilarutkan terbesar di antara molekul air dan tegangan permukaan<br />
(surface tension) hampir tidak berubah. Larutan murni ini tidak bersifat<br />
melumasi dan biasanya dipakai untuk sifat penyerapan panas yang tinggi<br />
dan melindungi terhadap korosi. Sementara itu dengan penambahan<br />
unsur lain yang mampu membentuk kumpulan molekul akan mengurangi<br />
________________Mengenal Cairan Pendingin untuk Proses Pemesinan<br />
Teknik Pemesinan 317<br />
tegangan permukaan menjadi jenis cairan permukaan aktif sehingga<br />
mudah membasahi dan daya lumasnya baik.<br />
Soluble Oil akan membentuk emulsi ketika dicampur dengan air.<br />
Konsentrat mengandung minyak mineral dasar dan pengemulsi untuk<br />
menstabilkan emulsi. Minyak ini digunakan dalam bentuk sudah<br />
diencerkan (biasanya konsentrasinya = 3 sampai 10%) dan unjuk kerja<br />
pelumasan dan penghantaran panasnya bagus. Minyak ini digunakan<br />
luas oleh industri pemesinan dan harganya lebih murah di antara cairan<br />
pendingin yang lain.<br />
Cairan semi sintetik (semi-synthetic fluids) adalah kombinasi<br />
antara minyak sintetik (A) dan soluble oil (B) dan memiliki karakteristik ke<br />
dua minyak pembentuknya. Harga dan unjuk kerja penghantaran<br />
panasnya terletak antara dua buah cairan pembentuknya tersebut. Jenis<br />
cairan ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :<br />
1. Kandungan minyaknya lebih sedikit (10% s.d 45% dari tipe B)<br />
2. Kandungan pengemulsinya (molekul penurun tegangan permukaan)<br />
lebih banyak dari tipe A<br />
3. Partikel minyaknya lebih kecil dan lebih tersebar. Dapat berupa jenis<br />
dengan minyak yang sangat jenuh (“super-fatted”) atau jenis EP<br />
(Extreme Pressure).<br />
B. Cara Pemberian Cairan Pendingin pada Proses Pemesinan<br />
Cairan pendingin jelas hanya akan berfungsi dengan baik jikalau<br />
cairan ini diarahkan dan dijaga alirannya pada daerah pembentukan<br />
beram. Dalam praktek sering ditemui bahwa cairan tersebut tidak<br />
sepenuhnya diarahkan langsung pada bidang beram pahat di mana<br />
beram terbentuk karena keteledoran operator. Mungkin pula, karena<br />
daerah kerja mesin tidak diberi tutup, operator sengaja mengarahkan<br />
semprotan cairan tersebut ke lokasi lain sebab takut cairan terpancar ke<br />
semua arah akibat perputaran pahat. Pemakaian cairan pendingin yang<br />
tidak berkesinambungan akan mengakibatkan bidang aktif pahat akan<br />
mengalami beban yang berfluktuasi. Bila pahatnya jenis karbida atau<br />
keramik (yang relatif getas) maka pengerutan dan pemuaian yang<br />
berulang kali akan menimbulkan retak mikro yang justru menjadikan<br />
penyebab kerusakan fatal. Dalam proses gerinda rata bila cairan<br />
pendingin dikucurkan di atas permukaan benda kerja maka akan<br />
dihembus oleh batu gerinda yang berputar kencang sehingga menjauhi<br />
daerah penggerindaan.<br />
Dari ulasan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa selain dipilih<br />
cairan pendingin harus juga dipakai dengan cara yang benar. Banyak<br />
cara yang dipraktekkan untuk mengefektifkan pemakaian cairan<br />
pendingin, yakni sebagai berikut :<br />
________________Mengenal Cairan Pendingin untuk Proses Pemesinan<br />
Teknik Pemesinan 318<br />
1. Secara manual. Apabila mesin perkakas tidak dilengkapi dengan<br />
sistem cairan pendingin, misalnya Mesin Gurdi atau Frais jenis<br />
“bangku” (bench drilling/milling machine) maka cairan pendingin<br />
hanya dipakai secara terbatas. Pada umumnya operator memakai<br />
kuas untuk memerciki pahat gurdi, tap atau frais dengan minyak<br />
pendingin. Selama hal ini dilakukan secara teratur dan kecepatan<br />
potong tak begitu tinggi maka umur pahat bisa sedikit diperlama.<br />
Penggunaan alat sederhana penetes oli yang berupa botol dengan<br />
selang berdiameter kecil akan lebih baik karena akan menjamin<br />
keteraturan penetesan minyak. Penggunaan pelumas padat<br />
(gemuk/vaselin, atau molybdenum-disulfide) yang dioleskan pada<br />
lubang-lubang yang akan ditap sehingga dapat menaikkan umur<br />
pahat pengulir.<br />
2. Disiramkan ke benda kerja (flood application of fluid). Cara ini<br />
memerlukan sistem pendingin, yang terdiri atas pompa, saluran,<br />
nozel, dan tangki, dan itu semua telah dimiliki oleh hampir semua<br />
mesin perkakas yang standar. Satu atau beberapa nozel dengan<br />
selang fleksibel diatur sehingga cairan pendingin disemprotkan pada<br />
bidang aktif pemotongan. Keseragaman pendinginan harus<br />
diusahakan dan bila perlu dapat dibuat nozel khusus. Pada<br />
pemberian cairan pendingin ini seluruh benda kerja di sekitar proses<br />
pemotongan disirami dengan cairan pendingin melalui saluran cairan<br />
pendingin yang jumlahnya lebih dari satu (Gambar 11.1).<br />
Gambar 11.1. Pemberian cairan pendingin dengan<br />
cara menyiramkan pada benda kerja.<br />
3. Disemprotkan (jet application of fluid). Dilakukan dengan cara<br />
mengalirkan cairan pendingin dengan tekanan tinggi melewati saluran<br />
pada pahat. Untuk penggurdian lubang yang dalam (deep hole<br />
drilling; gun-drilling) atau pengefraisan dengan posisi yang sulit<br />
dicapai dengan semprotan biasa. Spindel mesin perkakas dirancang<br />
khusus karena harus menyalurkan cairan pendingin ke lubang pada<br />
________________Mengenal Cairan Pendingin untuk Proses Pemesinan<br />
Teknik Pemesinan 319<br />
pahat. Pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin<br />
disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara<br />
pahat dan benda kerja yang terpotong). Sistem pendinginan benda<br />
kerja dibuat dengan cara menampung cairan pendingin dalam suatu<br />
tangki yang dilengkapi dengan pompa yang dilengkapi filter pada pipa<br />
penyedotnya. Pipa keluar pompa disalurkan melalui pipa/selang yang<br />
berakhir di beberapa selang keluaran yang fleksibel, (Gambar 11.2).<br />
Cairan pendingin yang sudah digunakan disaring dengan filter pada<br />
meja mesin kemudian dialirkan ke tangki penampung.<br />
Gambar 11.2. Cara pendinginan dengan cairan pendingin<br />
disemprotkan langsung ke daerah pemotongan pada<br />
proses pembuatan lubang.<br />
4. Dikabutkan (mist application of fluid). Pemberian cairan pendingin<br />
dengan cara ini cairan pendingin dikabutkan dengan menggunakan<br />
semprotan udara dan kabutnya langsung diarahkan ke daerah<br />
pemotongan, (Gambar 11.3). Partikel cairan sintetik, semi sintetik,<br />
atau emulsi disemprotkan melalui saluran yang bekerja dengan<br />
prinsip seperti semprotan nyamuk. Cairan dalam tabung akan naik<br />
melalui pipa berdiameter kecil, karena daya vakum akibat aliran udara<br />
di ujung atas pipa, dan menjadi kabut yang menyemprot keluar.<br />
Pemakaian cairan pendingin dengan cara dikabutkan dimaksudkan<br />
untuk memanfaatkan daya pendinginan karena penguapan.<br />
________________Mengenal Cairan Pendingin untuk Proses Pemesinan<br />
Teknik PemesinanDUNIA PEMESINANhttp://www.blogger.com/profile/16828920721967470937noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8156872640569537467.post-23135301108529016422012-03-23T23:55:00.000-07:002012-03-24T00:38:27.440-07:00MESIN GERINDA2. Mesin Gerinda Silindris<br />
a. Pengertian<br />
Mesin Gerinda silindris adalah alat pemesinan yang berfungsi<br />
untuk membuat bentuk-bentuk silindris, silindris bertingkat,<br />
dan sebagainya. Berdasarkan konstruksi mesinnya, Mesin<br />
Gerinda silindris dibedakan mejadi menjadi empat macam,<br />
yaitu :<br />
1) Gerinda silindris luar<br />
Mesin Gerinda silindris<br />
luar berfungsi<br />
untuk menggerinda<br />
diameter luar benda<br />
kerja yang berbentuk<br />
silindris dan tirus.<br />
Gambar 10.22.<br />
Gerinda silindris luar.<br />
Gambar 10.23.<br />
Gerinda silindris dalam.<br />
2) Mesin gerinda silindris dalam<br />
Mesin Gerinda silindris jenis<br />
ini berfungsi untuk menggerinda<br />
benda-benda dengan<br />
diameter dalam yang berbentuk<br />
silindris dan tirus.<br />
3) Mesin Gerinda silinder<br />
luar tanpa center<br />
(centreless)<br />
Mesin Gerinda silindris<br />
jenis ini digunakan untuk<br />
menggerinda diameter<br />
luar dalam jumlah yang<br />
banyak/massal baik panjang<br />
maupun pendek.<br />
Gambar 10.24.<br />
Gerinda silindris luar tanpa<br />
center.<br />
_____________________________Mengenal Proses Gerinda (Grinding)<br />
Teknik Pemesinan 287<br />
Gambar 10.25.<br />
Gerinda silindris universal.<br />
4) Mesin Gerinda silindris<br />
universal<br />
Sesuai namanya, Mesin<br />
Gerinda jenis ini mampu<br />
untuk menggerinda benda<br />
kerja dengan diameter luar<br />
dan dalam baik bentuk<br />
silindris.<br />
b. Bagian-bagian utama Mesin Gerinda silindris :<br />
Gambar 10.26. Gerinda silindris.<br />
1) Kepala utama<br />
Bagian yang menghasilakan gerak putar batu gerinda.<br />
2) Spindel utama benda kerja (workhead)<br />
Bagian yang mengatur kecepatan putar dan pencekaman<br />
benda kerja.<br />
3) Kaki mesin<br />
Sebagai pendukung mesin<br />
4) Panel kontrol<br />
Bagian pengatur proses kerja mesin<br />
_____________________________Mengenal Proses Gerinda (Grinding)<br />
Teknik Pemesinan 288<br />
5) Meja bawah<br />
Dudukan meja atas<br />
6) Meja atas<br />
Tempat dudukan kepala lepas di spindel utama benda<br />
kerja dan dapat diatur sudutnya.<br />
7) Kepala lepas (tailstock)<br />
Menyangga benda kerja pada pencekaman diantara dua<br />
senter.<br />
8) Perlengkapan pendingin<br />
Tempat pengatur aliran cairan pendingin<br />
c. Perlengkapan Mesin Gerinda silindris<br />
Gambar 10.27.<br />
Cekam rahang tiga<br />
1) Cekam rahang tiga<br />
Cekam rahang tiga universal<br />
ini digunakan untuk mencekam<br />
benda kerja pada saat<br />
penggerindaan. Cekam ini<br />
dihubungkan langsung dengan<br />
motor penggerak.<br />
2) Collet<br />
Collet pada Mesin<br />
Gerinda silinder berfungsi<br />
untuk mencekam<br />
benda kerja<br />
dengan permukaan<br />
yang halus.<br />
Gambar 10.28. Collet<br />
Gambar 10.29. Face<br />
plate.<br />
3) Face Plate<br />
Face plate pada Mesin<br />
Gerinda silinder digunakan<br />
untuk menggerinda permukaan<br />
diameter dalam benda<br />
kerja. Face plate juga bisa<br />
berfungsi sebagai pengganti<br />
ragum (chuck).<br />
_____________________________Mengenal Proses Gerinda (Grinding)<br />
Teknik Pemesinan 289<br />
4) Pembawa (lathe dog)<br />
Pembawa pada Mesin<br />
Gerinda silindris digunakan<br />
untuk mencekam<br />
benda kerja pada<br />
pencekaman diantara<br />
dua senter.<br />
Gambar 10.30. Pembawa<br />
Gambar 10.31.<br />
Senter dengan ulir.<br />
5) Senter dengan ulir<br />
Pada Mesin Gerinda silinder<br />
alat ini berfungsi sebagai<br />
senter penyangga dan<br />
dipasang pada spindel utama<br />
benda kerja untuk pencekaman<br />
di antara dua senter.<br />
6) Senter tanpa ulir<br />
Senter tanpa ulir ini<br />
berfungsi sebagai<br />
penumpu benda kerja.<br />
Gambar 10.32. Senter tanpa<br />
ulir.<br />
Gambar 10.33.<br />
Cekam magnet.<br />
7) Cekam magnet<br />
Cekam magnet pada mesin<br />
ini berfungsi untuk mengikat<br />
benda kerja berdiameter agak<br />
besar tetapi pendek. Cekam<br />
magnet ini mempunyai prinsip<br />
kerja yang hampir sama<br />
dengan meja pada Mesin<br />
Gerinda datar.<br />
8) Dial Indicator<br />
Dial indicator pada<br />
mesin ini dignakan<br />
untuk mengoreksi kemiringan<br />
meja mesin.<br />
Gambar 10.34. Dial Indicator.<br />
_____________________________Mengenal Proses Gerinda (Grinding)<br />
Teknik Pemesinan 290<br />
Gambar 10.35.<br />
Penyangga.<br />
9) Penyangga tetap (Fix Steady)<br />
Penyangga tetap ini berfungsi<br />
untuk menumpu benda kerja<br />
yang cukup panjang, pada<br />
saat proses penggerindaan.<br />
10) Pengasah batu gerinda<br />
(dresser)<br />
Dresser digunakan untuk<br />
mengasah batu<br />
gerinda. Dresser ada<br />
dua macam, yaitu<br />
dresser dengan intan<br />
tunggal dan dresser<br />
dengan butiran intan<br />
yang disatukan.<br />
Gambar 10.36. Dresser<br />
d. Pencekaman benda kerja pada Mesin Gerinda silindris<br />
Pencekaman adalah proses pengikatan benda kerja sebelum<br />
proses pengerjaan, pengikatan ini bertujuan agar pada saat<br />
proses pengerjaan, benda kerja tidak lepas karena adanya<br />
putaran mesin. Berikut ini adalah cara pencekaman benda<br />
kerja, dengan menggunakan alat cekam yang support<br />
dengan Mesin Gerinda silindris.<br />
1) Memasang dan melepas benda kerja pada sistem<br />
pencekaman cekam rahang tiga.<br />
a) Untuk menghindari kerusakan ulir spindel utama<br />
benda kerja dan cekam, bersihkan ulir dengan baik.<br />
Gambar 10.37.<br />
Pena pengunci.<br />
b) Tekan pena pengunci<br />
ketika memasang cekam,<br />
agar spindel utama tidak<br />
berputar (Gambar 10.37.).<br />
c) Cekam rahang tiga<br />
dipasang pada spindel<br />
utama benda kerja<br />
dengan cara memutar<br />
searah jarum jam<br />
(Gambar 10.38).<br />
Gambar 10.38. Cekam<br />
rahang tiga.<br />
_____________________________Mengenal Proses Gerinda (Grinding)<br />
Teknik Pemesinan 291<br />
Gambar 10.39.<br />
Kunci ring leher cekam.<br />
d) Kunci ring pengikat<br />
pada leher cekam<br />
dengan kuat untuk<br />
menghindari lepasnya<br />
cekam pada saat motor<br />
dijalankan (lihat Gambar<br />
10.39).<br />
e) Memasang benda<br />
kerja dapat dilakukan<br />
dengan memutar<br />
lubang kunci cekam<br />
searah jarum jam,<br />
dan sebaliknya untuk<br />
melepasnya, (Gambar<br />
10.40).<br />
Gambar 10.40.<br />
Melepas benda kerja.<br />
2) Memasang dan melepas benda kerja pada sistem<br />
pencekaman diantara dua senter<br />
a) Lubang poros spindel utama benda kerja, senter, dan<br />
lubang poros kepala lepas harus dibersihkan dengan<br />
baik.<br />
Gambar 10.41.<br />
Pemasangan senter<br />
kepala lepas.<br />
b) Senter dipasang pada<br />
spindel utama benda kerja<br />
dan kepala lepas.<br />
Kemudian pasang pin<br />
pembawa pada poros<br />
spindel utama benda kerja<br />
(Gambar 10.41.).<br />
c) Benda kerja diikat<br />
salah satu ujungnya<br />
dengan mengunakan<br />
alat pembawa (Lathe<br />
dog) (Gambar 10.42.).<br />
Gambar 10.42.<br />
Pencekaman lathe-dog.<br />
Gambar 10.43.<br />
Pengaturan jarak.<br />
d) Jarak antara senter<br />
spindel utama benda kerja<br />
dan senter kepala lepas<br />
harus diatur lebih<br />
pendek(±10 mm) dari<br />
panjang benda kerja<br />
(Gambar 10.43.).<br />
_____________________________Mengenal Proses Gerinda (Grinding)<br />
Teknik Pemesinan 292<br />
e) Untuk menghindari<br />
panas akibat gesekan,<br />
lumasi kedua lubang<br />
senter benda kerja<br />
dengan oli, (lihat<br />
Gambar 10.44.).<br />
Gambar 10.44. Pelumasan<br />
Gambar 10.45.<br />
Pemasangan benda kerja.<br />
f) Pemasangan benda kerja<br />
diantara dua senter<br />
dengan cara tuas<br />
pengatur pegas ditarik<br />
sehingga benda kerja<br />
dapat terpasang diantara<br />
dua senter. Perhatikan<br />
posisi alat pembawa, (lihat<br />
Gambar 10.45.).<br />
g) Untuk melepas benda<br />
kerja dari cekaman<br />
dapat dilakukan dengan<br />
cara memegang<br />
benda kerja dengan<br />
tangan kemudian tuas<br />
pengatur tekanan<br />
Gambar 10.46.<br />
Pelepasan benda kerja.<br />
senter ditarik sehingga benda kerja terbebaskan dari<br />
pencekaman, (lihat Gambar 10.46.).DUNIA PEMESINANhttp://www.blogger.com/profile/16828920721967470937noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8156872640569537467.post-16018229299561111712012-03-23T23:49:00.000-07:002012-03-23T23:49:57.876-07:00DUNIA PEMESINAN<div style="text-align: justify;">_______________________________Mengenal Proses Bubut (Turning)<br />
Teknik Pemesinan 152<br />
Gambar 6.1.<br />
(1) Proses bubut rata, (2) bubut<br />
permukaan, dan (3) bubut tirus.<br />
roses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagianbagian<br />
mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan<br />
menggunakan Mesin Bubut. Prinsip dasarnya dapat didefinisikan<br />
sebagai proses pemesinan permukaan luar benda silindris atau bubut<br />
rata :<br />
Dengan benda kerja yang berputar<br />
Dengan satu pahat bermata potong tunggal (with a single-point<br />
cutting tool)<br />
Dengan gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada<br />
jarak tertentu sehingga akan membuang permukaan luar benda<br />
kerja (lihat Gambar 6.1 no. 1).<br />
Proses bubut permukaan (surface turning, Gambar 6.1 no. 2)<br />
adalah proses bubut yang identik dengan<br />
proses bubut rata, tetapi arah gerakan<br />
pemakanan tegak lurus terhadap sumbu<br />
benda kerja. Proses bubut tirus (taper<br />
turning, Gambar 6.1 no. 3) sebenarnya<br />
identik dengan proses bubut rata di atas,<br />
hanya jalannya pahat membentuk sudut<br />
tertentu terhadap sumbu benda kerja.<br />
Demikian juga proses bubut kontur,<br />
dilakukan dengan cara memvariasi<br />
kedalaman potong, sehingga menghasilkan<br />
bentuk yang diinginkan.<br />
Walaupun proses bubut secara<br />
khusus menggunakan pahat bermata<br />
potong tunggal, tetapi proses bubut<br />
bermata potong jamak tetap termasuk<br />
proses bubut juga, karena pada dasarnya<br />
setiap pahat bekerja sendiri-sendiri.<br />
Selain itu proses pengaturan (setting)<br />
pahatnya tetap dilakukan satu persatu.<br />
Gambar skematis Mesin Bubut dan<br />
bagian-bagiannya dijelaskan pada<br />
Gambar 6.2.</div>DUNIA PEMESINANhttp://www.blogger.com/profile/16828920721967470937noreply@blogger.com0